Pada sesi kedua Program Sekolah Pengasuhan Anak (PSPA) hari pertama yang diadakan Sabtu, 16 November 2024 di Hotel Candi Indah Convention, Abah Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari memaparkan modul Karunia Belajar. Dalam sesi ini, Abah Ihsan menekankan bahwa setiap anak lahir dengan fitrah belajar, yaitu kemauan alami untuk mengeksplorasi, bertanya, dan memahami dunia di sekitarnya. Namun, sering kali kemauan baik ini tidak disadari justru dimatikan oleh orang tua secara tidak sengaja.
Daftar Isi
Fitrah Belajar: Potensi Alami yang Perlu Dijaga
Abah Ihsan menjelaskan bahwa keinginan anak untuk belajar adalah anugerah yang harus dirawat dengan baik. Anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang besar dan dorongan alami untuk bereksplorasi. Ketika mereka bertanya, mencoba hal baru, atau bahkan membuat kesalahan, semua itu merupakan bagian dari proses belajar yang penting.
Sayangnya, banyak orang tua yang secara tidak sengaja menghambat fitrah belajar anak dengan sikap terlalu membatasi. Larangan yang berlebihan, kritik yang tidak bijak, atau terlalu cepat menyelesaikan masalah anak dapat mengurangi kepercayaan diri anak dan mematikan keinginan mereka untuk mencoba.
Tantangan untuk Membuka Ruang Eksplorasi
Sebagai solusi, Abah Ihsan memberikan tantangan kepada para peserta PSPA untuk membebaskan anak bereksplorasi selama aktivitas mereka memenuhi tiga syarat utama:
- Tidak membahayakan diri sendiri.
- Tidak merugikan orang lain.
- Tidak melanggar hukum agama dan negara.
Dengan memberikan ruang eksplorasi, anak-anak dapat mengenal dunia di sekitarnya secara lebih mendalam, mengembangkan keterampilan problem-solving, dan membangun kreativitas. Hal ini juga memberi orang tua kesempatan untuk menjadi fasilitator yang mendukung perjalanan belajar anak.
Menjawab Kemauan Baik Anak dengan Bijak
Abah Ihsan mengingatkan bahwa yang perlu dibatasi oleh orang tua bukanlah kemauan baik anak, melainkan segala hal yang berlebihan. Sebagai contoh, ketika anak ingin bermain air, orang tua dapat mengarahkan aktivitas tersebut agar tetap aman dan tidak berlebihan, bukan melarang sepenuhnya.
Orang tua yang bijak mampu melihat berbagai hal yang dilakukan anak sebagai bagian dari proses belajar, bukan sekadar perilaku iseng atau sekadar bermain. Dengan sudut pandang ini, orang tua dapat merespon kemauan baik anak dengan cara yang lebih mendukung perkembangan fitrah belajar mereka.
Pentingnya Kemampuan Pengasuhan yang Lebih Cerdas
Merawat fitrah belajar anak membutuhkan peningkatan kemampuan pengasuhan. Orang tua perlu lebih peka terhadap kebutuhan anak, memahami cara belajar mereka, dan menyediakan lingkungan yang kondusif untuk tumbuh kembangnya. Selain itu, orang tua juga harus membangun komunikasi yang positif dengan anak sehingga rasa ingin tahu mereka tetap terjaga dan terus berkembang.
Program 1821 sebagai Langkah Awal
Dalam kaitannya dengan fitrah belajar, Program 1821 yang juga disampaikan dalam sesi ini menjadi salah satu langkah nyata bagi orang tua untuk hadir sepenuhnya dalam proses belajar anak. Dengan memberikan waktu berkualitas selama minimal tiga jam setiap hari, orang tua dapat mendampingi anak dalam bermain, berbicara, dan belajar, yang semuanya berkontribusi pada penguatan fitrah belajar anak.
Nah, apakah sepulang dari kegiatan PSPA, Ayah Bunda sudah mempraktikkan Program 1821 di rumah? Jika sudah, boleh ya bagikan keseruan dan pengalaman bermaknanya pada buku komunikasi.
Kesimpulan
Merawat fitrah belajar anak adalah investasi untuk masa depan mereka. Dengan memberikan kebebasan yang terarah dan mendukung kemauan baik anak, orang tua dapat membantu anak tumbuh menjadi individu yang percaya diri, kreatif, dan cinta belajar. Seperti yang disampaikan oleh Abah Ihsan, setiap proses belajar adalah karunia yang berharga, dan tugas orang tua adalah memastikan bahwa karunia ini terus tumbuh subur sepanjang perjalanan hidup anak-anak mereka.***(CM-MRT)